Manusia yang serakah akan menggunakan
segala cara untuk mencapai apa yang menjadi impiannya. Cara-cara yang
ditempuh pun beragam dari yang bisa diterima sampai yang berujung
sadis-brutal sekali pun. Begitulah tamaknya manusia jika akal sehat
telah diinjak-injak oleh hasrat yang tak terkontrol, apalagi kalau sudah
terlanjur obral janji sana-sini agar menarik simpati demi mendulang
suara.
Kebodohan Anies tak memerlukan logika yang
rumit untuk menyederhanakan jalan pikirannya. Ahok mampu menelanjangi
seorang Anies di depan publik Metro TV dalam acara “babak final Pilkada DKI”
di bawah panduan Najwa Sihab. Tatkala Anies sok-sokan memperlihatkan
kepiawaiannya beretorika dan memberikan janji surga yang tak jelas
rinciannya, hal itu justru menjadi boomerang baginya dan dijadikan bulanan kritikan tajam mematikan oleh Ahok.
Pernyataan-pernyataan Anies yang menyesatkan dan menjadi “boomerang”
Untuk lebih jelasnya, saya uraikan
beberapa poin penting dari pernyataan-pernyataan Anies yang berusaha
mengelabui publik tetapi dicekal di tengah jalan oleh cermat dan
briliannya Ahok. Sedari awal perdebatan di Metro TV tersebut, Anies tak
berhenti untuk menyerang Ahok termasuk secara pribadi seperti ketika
Ahok mengatakan “maling” kepada seorang ibu yang berusaha menarik tunai
uang dari KJP anaknya. Syukurlah bahwa Ahok sudah berubah banyak dan
mampu menahan diri dalam jebakan yang mudah diprediksi tersebut. Justru
pada akhirnya berbuah kemenangan (telak) yang diraih Ahok.
Pertama, hal itu
sangat jelas dari pernyataan Anies tatkala ditanya mbak Najwa kalau dia
yang bertipe santun dan mendapat persepsi tidak tegas, tidak akan
berani memecat pegawai di Pemrpov DKI kalau seandainya terpilih kelak.
Dengan begitu yakinnya dia menjawab: “Tidak mungkin berhentikan anak
buah? Sekarang aja saya sedang berusaha memberhentikan Pak Basuki dari
gubernur. Wah apalagi anak buah!”
Sungguh luar biasa rasa percaya diri
seorang Anies. Di satu sisi, hal ini bukanlah sesuatu yang perlu
dipersoalkan karena sah-sah saja dia berusaha meyakinkan diri dan para
calon pemilih untuk mendukungnya; tetapi itu hanya sia-sia karena tak
didukung oleh integritas yang mumpuni. Pandai berorasi saja masih
terlalu jauh dari cukup, karena harus ada tindak lanjutnya.
Tanggapan Ahok sangat singkat tetapi brilian dan mematikan!
“Ya kalau mau pecat saya, saya kira bukan tergantung Pak Anies, tergantung warga Jakarta sih”.
“Ya kontrak saya sampai Oktober 2017 ya.
“Dalam hal ini, saya memang anak buahnya Pak Anies karena saya pelayan warga Jakarta, kebetulan Pak Anies warga Jakarta, ya saya anak buahnya,” jawab Ahok.
“Ya kontrak saya sampai Oktober 2017 ya.
“Dalam hal ini, saya memang anak buahnya Pak Anies karena saya pelayan warga Jakarta, kebetulan Pak Anies warga Jakarta, ya saya anak buahnya,” jawab Ahok.
“Makanya kalau mau memecat saya, bukan sebagai calon gubernur, tapi sebagai warga DKI.”
Yang di sebelah hanya nyengir kuda karena sadar bahwa dia sedang ditelanjangi di hadapan publik berkat kecerobohannya sendiri.
Kedua, Program
Kartu Jakarta Pintar Plus (KJP Plus). KJP merupakan program besutan
Jokowi bersama Ahok sejak mereka meniti karir di DKI tahun 2012 silam.
Sekarang di level nasional ada Kartu Indonesia Pintar (KIP). Anies-Sandi
menawarkan KJP Plus yang mana memadukan KJP+KIP sehingga anak-anak DKI
mendapat kesempatan untuk menerima ke-2 bantuan tersebut sekaligus.
JUDI SABUNG AYAM
JUDI SABUNG AYAM
AGEN JUDI BOLA
Selain itu, KJP Plus juga nantinya akan bisa digunakan baik tunai maupun non tunai untuk kebutuhan siswa dan/atau mahasiwa pemegang kartu. Dan yang lebih “hebat” lagi, bantuan tersebut bukan hanya untuk para pelajar dan mahasiswa tetapi juga yang putus sekolah untuk kegiatan pelatihan, dsb.
Selain itu, KJP Plus juga nantinya akan bisa digunakan baik tunai maupun non tunai untuk kebutuhan siswa dan/atau mahasiwa pemegang kartu. Dan yang lebih “hebat” lagi, bantuan tersebut bukan hanya untuk para pelajar dan mahasiswa tetapi juga yang putus sekolah untuk kegiatan pelatihan, dsb.
Ahok sangat bertentangan dengan penerima
KJP (Plus) yang mengikutsertakan anak-anak putus sekolah. Itu sangat
tidak mendidik karena ada kesan bahwa anak-anak diberi kelonggaran untuk
tidak sekolah. Toh, ada juga bantuan dari pemerintah.
Saya yakin, ini salah satu poin kegagalan
total seorang Anies yang adalah mantan Menteri Pendidikan Dasar dan
Menengah. Bisa jadi ini juga jawaban atas pemecatannya dari kabinet
kerja Jokowi.
Ketiga, Program
rumah utama untuk warga DKI yang belum memilikinya di dalam kota. Anies
menawarkan program rumah sederhana untuk 1,3 juta penduduk Jakarta yang
berpenghasilan rendah (di bawah Rp 7 juta) dengan biaya rata-rata Rp 350
juta per rumah; yang berarti membutuhkan dana Rp 455 triliun rupiah.
Bayangkan saja, besarannya di kisaran lebih dari 6 kali APBD DKI tahun
2017 yang dianggarkan 70,1 triliun. Luar biasa mimpinya Anies!
Hebatnya lagi, tanpa DP dari calon pemilik
rumah karena Pemda DKI yang akan menyanggupi lewat kerja sama yang baik
dengan pihak bank. Dengan DP yang besarannya 15% maka setiap pembelian
rumah tersebut akan ditanggung oleh pemda DKI sebesar Rp 52 juta
dikalikan dengan 1,3 juta penerima rumah berarti Rp 67,6 triliun.
Alamak! Nyaris APBD DKI tahun 2017 ini hanya untuk menutupi DP rumah
warga miskin saja. Ingat! ini baru DP-nya saja.
Inilah kebodohan seorang Anies! Karena
kurang perhitungan yang matang, Anies tampaknya kebingungan luar biasa
mendapatkan angka tersebut yang memang di luar dugaannya. Apakah angka
itu dibayar lunas dalam 1 tahun atau selama 5 tahun masa jabatannya
nanti? Hal ini masih abu-abu. Anies pun berkelit bahwa itu bisa
bekerjasama dengan bank. Tetapi Ahok yang sudah makan garam soal
kerjasama seperti itu mengklaim bahwa pihak bank sudah tentu ingin
untung.
Saya pun sependapat dengan Ahok. Tak ada
satu bank pun di dunia ini yang mau merugi karena kebodohan orang
seperti si Anies. Nyata memang bahwa Anies kalah telak dan tak memiliki
amunisi yang cukup untuk menawarkan yang terbaik buat warga DKI.
Usahanya untuk berkelit dan membela diri
tidak lebih dari menutupi rasa malunya (harap saja dugaan saya benar)
yang muncul terlambat. “Pilihannya sederhana, Gubernur yang putus
asa melihat kenyataan itu, atau Gubernur yang mau mencari solusi melihat
kenyataan itu,” demikian Anies mencoba mempertahankan idenya tersebut.
TARUHAN BOLA ONLINE
TARUHAN BOLA ONLINE
Rumah murah sederhana yang dikategorikan
sebagai rumah utama tersebut yang bukan tipe apartemen sungguh di luar
akal sehat. Kalau memang Anies masih waras berarti itu tak lebih dari
usahanya mendulang suara dari penduduk miskin yang jumlahnya melebihi
sejuta tersebut agar bisa mencapa ambisinya.
Kompas properti ikutan melakukan
investigasi jika memang Anies mengerti duduk persoalannya atau hanya
berkoar-koar saja. Demikian hasil penemuan tim Kompas.com:
“Tentu saja bila yang dimaksud Anies adalah rumah tapak pertama atau primary home, tidak dapat ditemukan di Jakarta.Riset KompasProperti menunjukkan, rumah dengan harga Rp 350 juta atau di bawahnya berlokasi di kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.“
Saya begitu sadar dan yakin bahwa KJP Plus
bukan hanya untuk warga DKI tetapi juga untuk pak Anies bersama
wakilnya Sandi agar mereka mulai belajar berhitung.
Hal ini juga membuat saya teringat
kelebihan dana Anggaran Tunjangan Profesi Guru 2016 lalu, dimana kala
itu, Anies Baswedan masih menjabat sebagai Mendikbud Dasar dan Menengah.
Keliru dalam berhitung atau memang tidak profesional dalam berhitung?
Teriring salam warga DKI butuh calon pemimpin yang tahu berhitung!