Selasa, 28 Maret 2017

SOK PINTAR DIDEPAN MEDIA ANIES MALAH DI BUAT TERLIHAT BODOH OLEH AHOK




Manusia yang serakah akan menggunakan segala cara untuk mencapai apa yang menjadi impiannya. Cara-cara yang ditempuh pun beragam dari yang bisa diterima sampai yang berujung sadis-brutal sekali pun. Begitulah tamaknya manusia jika akal sehat telah diinjak-injak oleh hasrat yang tak terkontrol, apalagi kalau sudah terlanjur obral janji sana-sini agar menarik simpati demi mendulang suara.
Kebodohan Anies tak memerlukan logika yang rumit untuk menyederhanakan jalan pikirannya. Ahok mampu menelanjangi seorang Anies di depan publik Metro TV dalam acara “babak final Pilkada DKI” di bawah panduan Najwa Sihab. Tatkala Anies sok-sokan memperlihatkan kepiawaiannya beretorika dan memberikan janji surga yang tak jelas rinciannya, hal itu justru menjadi boomerang baginya dan dijadikan bulanan kritikan tajam mematikan oleh Ahok.

Pernyataan-pernyataan Anies yang menyesatkan dan menjadi “boomerang”

Untuk lebih jelasnya, saya uraikan beberapa poin penting dari pernyataan-pernyataan Anies yang berusaha mengelabui publik tetapi dicekal di tengah jalan oleh cermat dan briliannya Ahok. Sedari awal perdebatan di Metro TV tersebut, Anies tak berhenti untuk menyerang Ahok termasuk secara pribadi seperti ketika Ahok mengatakan “maling” kepada seorang ibu yang berusaha menarik tunai uang dari KJP anaknya. Syukurlah bahwa Ahok sudah berubah banyak dan mampu menahan diri dalam jebakan yang mudah diprediksi tersebut. Justru pada akhirnya berbuah kemenangan (telak) yang diraih Ahok.

Pertama, hal itu sangat jelas dari pernyataan Anies tatkala ditanya mbak Najwa kalau dia yang bertipe santun dan mendapat persepsi tidak tegas, tidak akan berani memecat pegawai di Pemrpov DKI kalau seandainya terpilih kelak. Dengan begitu yakinnya dia menjawab: “Tidak mungkin berhentikan anak buah? Sekarang aja saya sedang berusaha memberhentikan Pak Basuki dari gubernur. Wah apalagi anak buah!”
Sungguh luar biasa rasa percaya diri seorang Anies. Di satu sisi, hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dipersoalkan karena sah-sah saja dia berusaha meyakinkan diri dan para calon pemilih untuk mendukungnya; tetapi itu hanya sia-sia karena tak didukung oleh integritas yang mumpuni. Pandai berorasi saja masih terlalu jauh dari cukup, karena harus ada tindak lanjutnya.
Tanggapan Ahok sangat singkat tetapi brilian dan mematikan!

“Ya kalau mau pecat saya, saya kira bukan tergantung Pak Anies, tergantung warga Jakarta sih”.
“Ya kontrak saya sampai Oktober 2017 ya.
“Dalam hal ini, saya memang anak buahnya Pak Anies karena saya pelayan warga Jakarta, kebetulan Pak Anies warga Jakarta, ya saya anak buahnya,” jawab Ahok.

“Makanya kalau mau memecat saya, bukan sebagai calon gubernur, tapi sebagai warga DKI.”
Yang di sebelah hanya nyengir kuda karena sadar bahwa dia sedang ditelanjangi di hadapan publik berkat kecerobohannya sendiri.
Kedua, Program Kartu Jakarta Pintar Plus (KJP Plus). KJP merupakan program besutan Jokowi bersama Ahok sejak mereka meniti karir di DKI tahun 2012 silam. Sekarang di level nasional ada Kartu Indonesia Pintar (KIP). Anies-Sandi menawarkan KJP Plus yang mana memadukan KJP+KIP sehingga anak-anak DKI mendapat kesempatan untuk menerima ke-2 bantuan tersebut sekaligus.

JUDI SABUNG AYAM



AGEN JUDI BOLA
Selain itu, KJP Plus juga nantinya akan bisa digunakan baik tunai maupun non tunai untuk kebutuhan siswa dan/atau mahasiwa pemegang kartu. Dan yang lebih “hebat” lagi, bantuan tersebut bukan hanya untuk para pelajar dan mahasiswa tetapi juga yang putus sekolah untuk kegiatan pelatihan, dsb.
Ahok sangat bertentangan dengan penerima KJP (Plus) yang mengikutsertakan anak-anak putus sekolah. Itu sangat tidak mendidik karena ada kesan bahwa anak-anak diberi kelonggaran untuk tidak sekolah. Toh, ada juga bantuan dari pemerintah.

Saya yakin, ini salah satu poin kegagalan total seorang Anies yang adalah mantan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Bisa jadi ini juga jawaban atas pemecatannya dari kabinet kerja Jokowi.

Ketiga, Program rumah utama untuk warga DKI yang belum memilikinya di dalam kota. Anies menawarkan program rumah sederhana untuk 1,3 juta penduduk Jakarta yang berpenghasilan rendah (di bawah Rp 7 juta) dengan biaya rata-rata Rp 350 juta per rumah; yang berarti membutuhkan dana Rp 455 triliun rupiah. Bayangkan saja, besarannya di kisaran lebih dari 6 kali APBD DKI tahun 2017 yang dianggarkan 70,1 triliun. Luar biasa mimpinya Anies!
Hebatnya lagi, tanpa DP dari calon pemilik rumah karena Pemda DKI yang akan menyanggupi lewat kerja sama yang baik dengan pihak bank. Dengan DP yang besarannya 15% maka setiap pembelian rumah tersebut akan ditanggung oleh pemda DKI sebesar Rp 52 juta dikalikan dengan 1,3 juta penerima rumah berarti Rp 67,6 triliun. Alamak! Nyaris APBD DKI tahun 2017 ini hanya untuk menutupi DP rumah warga miskin saja. Ingat! ini baru DP-nya saja.
Inilah kebodohan seorang Anies! Karena kurang perhitungan yang matang, Anies tampaknya kebingungan luar biasa mendapatkan angka tersebut yang memang di luar dugaannya. Apakah angka itu dibayar lunas dalam 1 tahun atau selama 5 tahun masa jabatannya nanti? Hal ini masih abu-abu. Anies pun berkelit bahwa itu bisa bekerjasama dengan bank. Tetapi Ahok yang sudah makan garam soal kerjasama seperti itu mengklaim bahwa pihak bank sudah tentu ingin untung.
Saya pun sependapat dengan Ahok. Tak ada satu bank pun di dunia ini yang mau merugi karena kebodohan orang seperti si Anies. Nyata memang bahwa Anies kalah telak dan tak memiliki amunisi yang cukup untuk menawarkan yang terbaik buat warga DKI.

Usahanya untuk berkelit dan membela diri tidak lebih dari menutupi rasa malunya (harap saja dugaan saya benar) yang muncul terlambat. “Pilihannya sederhana, Gubernur yang putus asa melihat kenyataan itu, atau Gubernur yang mau mencari solusi melihat kenyataan itu,” demikian Anies mencoba mempertahankan idenya tersebut.

TARUHAN BOLA ONLINE



Rumah murah sederhana yang dikategorikan sebagai rumah utama tersebut yang bukan tipe apartemen sungguh di luar akal sehat. Kalau memang Anies masih waras berarti itu tak lebih dari usahanya mendulang suara dari penduduk miskin yang jumlahnya melebihi sejuta tersebut agar bisa mencapa ambisinya.
Kompas properti ikutan melakukan investigasi jika memang Anies mengerti duduk persoalannya atau hanya berkoar-koar saja. Demikian hasil penemuan tim Kompas.com:
“Tentu saja bila yang dimaksud Anies adalah rumah tapak pertama atau primary home, tidak dapat ditemukan di Jakarta.
Riset KompasProperti menunjukkan, rumah dengan harga Rp 350 juta atau di bawahnya berlokasi di kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Saya begitu sadar dan yakin bahwa KJP Plus bukan hanya untuk warga DKI tetapi juga untuk pak Anies bersama wakilnya Sandi agar mereka mulai belajar berhitung.
Hal ini juga membuat saya teringat kelebihan dana Anggaran Tunjangan Profesi Guru 2016 lalu, dimana kala itu, Anies Baswedan masih menjabat sebagai Mendikbud Dasar dan Menengah. Keliru dalam berhitung atau memang tidak profesional dalam berhitung?

Teriring salam warga DKI butuh calon pemimpin yang tahu berhitung!
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com